Apa yang terlintas disaat kamu mendengar “Vitamin D”?
Matahari..
Tulang..
Kalsium..
Mayoritas akan menyebutkan sumber dari vitamin D dan manfaat terhadap pertumbuhan tulang dan gigi. Tapi apakah kamu tahu jika Vitamin D juga memiliki dampak terhadap kehamilan? Jadi yuk simak ulasan dibawah berikut.
Defisiensi vitamin D saat kehamilan merupakan salah satu masalah serius karena ibu hamil adalah salah satu kelompok umur yang berisiko tinggi, dengan kondisi seperti ini dikhawatirkan ini akan berhubungan dengan status kesehatan ibu dan bayi. Sering ditemukan ibu hamil dengan status defisiensi atau insufisiensi vitamin D. Untuk mengetahui status vitamin D seseorang dilakukan pengukuran kadar 25(OH)D serum dalam darah. Oleh karena itu, pada perempuan yang menjalani pelayanan atenatal pertama dianjurkan untuk diberi informasi terkait pentingnya peran vitamin D saat kehamilan untuk kesehatan ibu dan calon bayu dan memastikan bu mempunyai cadangan vitamin D yang adekuat selama kehamilan sampai laktasi. Pada awal kehamilan ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan status vitamin D dan direkomendasian untuk suplementasi jika defisiensi vitamin D.[1]
Periode kehamilan termasuk dalam pada masa 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK). 1000 HPK merupakan masa yang sangat penting terutama untuk perkembangan fisik dan kognitif manusia. Kerusakan jaringan yang terjadi pada masa ini biasanya bersifat irreversible sehingga dibutuhkan asupan gizi yang optimal.[2]
Status vitamin D memiliki pengaruh terhadap maternal outcome. Konsentrasi 25(OH)D serum mengalami fluktuatif selama kehamilan dan konsentrasi 1,25(OH)D hampir meningkat dua kali dari trimester I sampai kelahiran karena peningkatan tekanan darah dalam masa kehamilan.[3] Oleh karena itu, jika ibu hamil tidak cukup status vitamin D dalam tubuh dihubungkan dengan komplikasi maternal. Efek yang dihasilkan dari kurangnya status vitamin D terhadap maternal outcome adalah:
Maternal Outcome
1. Gestational Diabetes Mellitus (GDM)
Ibu hamil memiliki risiko 2,7 kali lipat untuk menderita DM jika memiliki konsentrasi 25(OH)D <50 nmol/L pada usia kehamilan 16 minggu. [4] Penelitian lainnya terkait prevalensi defisiensi berat vitamin D ❤7,5 nmol/L pada ibu hamil trimester II lebih tinggi dibandingkan ibu hamil normoglikemik.[5] Hubungan vitamin D dan kejadian GDM dapat dijelaskan bahwa vitamin D terbukti mampu meningkatkan fungsi eksokrin pankreas dan sensitivitas insulin pada studi model hewan coba. Kedua, status vitamin D, seperti kebanyakan zat gizi mikro, mudah dimodifikasi dengan suplemen makanan. Jika terbukti mencegah GDM atau meningkatkan hasil kehamilan, jumlah asupan vitamin D dapat dilakukan untuk mencapai konsentrasi 25(OH)D yang optimal.
2. Preeklampsia
Pada studi kasus kontrol, kadar 25(OH)D serum ❤7,5 nmol/L selama awal kehamilan (0–22 minggu) dihubungkan dengan peningkatan lima kali lipat rasio kejadian preeklampsia dan risiko tersebut meningkat dua kali lipat pada penurunan 50 nmol/L skadar 25(OH))D serum saat kehamilan.[6] Bodnar et al. Menunjukkan bahwa defisiensi 25(OH)D serum merupakan manifestasi faktor risiko kejadian PE. Penelitian Lipoeto et al., (2018) tentang hubungan kadar 25(OH)D dengan tekanan darah ibu hamil trimester III menunjukkan bahwa rata-rata kadar 25(OH)D serum pada ibu hamil hipertensi adalah 17,36±7,91 ng/ml dan 36,85±21,58 ng/ml pada ibu hamil normotensi. Status rendahnya 25(OH)D serum berhubungan signifikan terhadap tekanan darah ibu hamil trimester III.[7]
3. Proses kelahiran
Ibu hamil dengan kadar 25(OH)D ❤7.5 nmol/L hampir 4 kali lipat lebih sering mengalami operasi Caesar saat proses kelahiran bayi dibanding ibu dengan kadar 25(OH)D serum >37.5 nmol/L, setelah penyesuaian ras, umur, tingkat pendidikan, status asuransi, dan penggunaan alkohol.[8] Kekurangan vitamin D berhubungan dengan massa dan kekuatan otot pada wanita muda. Selama kehamilan, menguatkan otot-otot dasar panggul meningkatkan kontrol dan fleksibilitas otot, mencegah inkontinensia urin selama dan setelah melahirkan [9] dan memperlancar proses persalinan.[10] Dengan demikian masuk akal bahwa salah satu cara dimana status vitamin D ibu yang buruk meningkatkan risiko persalinan sesar adalah dengan mengurangi kekuatan otot panggul dan mengendalikan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk mendorong dan untuk persalinan yang lebih lama dan lebih sulit.
4. Kesehatan tulang ibu hamil
Secara keseluruhan kehilangan massa tulang diantara 2–5% terjadi selama kehamilan, peningkatan kebutuhan terhadap vitamin D dan kalsium sangat direkomendasikan kepada ibu hamil. Fungsi umum vitamin D adalah membantu dalam proses metabolisme kalsium di usus. Vitamin D membantu tubuh menyerap kalsium dan menggunakan kalsium. Oleh karena itu, kalsium tidak bisa diserap oleh tubuh sama sekali tanpa kehadiran vitamin D yang cukup di dalam tubuh.[8]
Referensi
[1] Maternity Executive Committee. Vitamin D in pregnancy and the term newborn guideline. Clinical Protocols and Guidelines Southern Health 2009.
[2] Pérez-Escamilla R. Post–1000 days growth trajectories and child cognitive development in low- and middle-income countries. Am J Clin Nutr 2013;98:1375–6. doi:10.3945/ajcn.113.074757.
[3] Kovacs CS. Vitamin D in pregnancy and lactation: maternal, fetal, and neonatal outcomes from human and animal studies. Am J Clin Nutr 2008;88:520S-528S.
[4] Maghbooli Z, Hossein-Nezhad A, Karimi F, Shafaei A-R, Larijani B. Correlation between vitamin D3 deficiency and insulin resistance in pregnancy. Diabetes Metab Res Rev 2008;24:27–32. doi:10.1002/dmrr.737.
[5] Soheilykhah S, Mojibian M, Rashidi M, Rahimi-Saghand S, Jafari F. Maternal vitamin D status in gestational diabetes mellitus. Nutr Clin Pract 2010;25:524–7. doi:10.1177/0884533610379851.
[6] Bodnar LM, Catov JM, Zmuda JM, Cooper ME, Parrott MS, Roberts JM, et al. Maternal Serum 25-Hydroxyvitamin D Concentrations Are Associated with Small-for-Gestational Age Births in White Women. J Nutr 2010;140:999–1006. doi:10.3945/jn.109.119636.
[7] Lipoeto N, Aji A, Faradila F, Ayudia F, Sukma N. Maternal vitamin D intake and serum 25-hydroxyvitamin D (25(OH)D) levels associated with blood pressure: A cross-sectional study in Padang, West Sumatra. MJN 2018;24:407–15.
[8] Lewis S, Lucas RM, Halliday J, Ponsonby A-L. Vitamin D deficiency and pregnancy: from preconception to birth. Mol Nutr Food Res 2010;54:1092–102. doi:10.1002/mnfr.201000044.
[9] Hay-Smith J, Mørkved S, Fairbrother KA, Herbison GP. Pelvic floor muscle training for prevention and treatment of urinary and faecal incontinence in antenatal and postnatal women. Cochrane Database Syst Rev 2008:CD007471. doi:10.1002/14651858.CD007471.
[10] Salvesen KA, Mørkved S. Randomised controlled trial of pelvic floor muscle training during pregnancy. BMJ 2004;329:378–80. doi:10.1136/bmj.38163.724306.3A.
di tulis oleh DR. Arif Sabtaaji
Doktor Muda di Bidang Gizi
Alumni Universitas Brawijaya dan Universitas Andalas.
IG @ajisabta