Hasil Riset : Vitamin D Untuk Kesehatan Kehamilan

SARASEHAN
3 min readSep 4, 2019

--

Mendapatkan asupan makanan dan pemenuhan zat gizi yang baik, baik zat gizi mikro ataupun makro, selama kehamilan memiliki peranan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Bagian penting ini ikut andil sejak dalam proses pra-konsepsi atau sebelum kehamilan. Vitamin D dan kehamilan merupakan dua hal yang penting. Vitamin D membantu dalam proses pertumbuhan tulang janin. Ibu hamil perlu untuk memastikan bahwa mereka memiliki cukup vitamin D selama kehamilan untuk kesehatan mereka sendiri dan mencapai perkembangan janin yang optimal.

Vitamin D adalah zat gizi mikro larut lemak yang pada umumnya disebut sebagai “Sunshine Vitamin” dikarenakan kita bisa dapatkan melalui paparan sinar matahari terhadap kulit. Meskipun ada beberapa makanan sebagai sumber vitamin D tetapi jumlahnya sangat sedikit dan hanya menyumbang sebesar 10%. Selain memiliki peran dalam pertumbuhan tulang janin, vitamin D juga memiliki peran dalam menjaga imunitas tubuh, proliferasi dan diferensiasi sel, dan mengatur penyerapan kalsium dan fosfor dalam tubuh.

Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis di Asia Tenggara yang tidak kurang akan paparan sinar matahari. Namun, hal ini tidak menjadi jaminan bahwa masyarakat memiliki status vitamin D yang cukup. Beberapa hasil penelitian yang sudah dilakukan di Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya menunjukkan bahwa masih ada sekitar 60%-90% ibu hamil defisiensi vitamin D. Masih tinggi prevalensi insufisiensi dan defisiensi vitamin D pada ibu hamil merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat dan menjadi perhatian global saat ini [1,2].

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aji et al., yang diterbitkan pada BMC Pregnancy and Chidlbirth menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan status vitamin D pada trimester pertama adalah status ibu hamil yang tidak bekerja, status paritas nulipari, status aktifitas di luar ruangan yang kurang dari 1 jam/minggu, dan tidak mengonsumsi suplemen sebelum hamil [3,4]. Faktor-faktor tersebut meningkatkan risiko ibu hamil untuk mengalami insufisiensi dan defisiensi vitamin D selama kehamilan. Jika ibu hamil memiliki status insufisiensi dan defisiensi pada kehamilan trimester pertama, maka perlu dipastikan untuk ibu hamil mencapai rekomendasi kadar vitamin D di kehamilan berikutnya untuk mencegah terjadinya komplikasi kehamilan seperti keguguran, bay lahir rendah, kecil masa kehamilan (KMK), pre-eklampsia, dan melahirkan Caesar [5,6].

Perubahan gaya hidup yang secara langsung menghindari paparan sinar matahari menjadi trend pada masyarakat Indonesia. Pemakaian tabir surya dan pakaian yang hampir menutup seluruh badan meningkatkan risiko defisiensi vitamin D dengan menutup atau menghalangi kulit kita terpapar oleh sinar matahari. Meskipun kita tinggal di daerah iklim tropis yang hanya memiliki dua musim sepanjang tahun, yaitu musim penghujan dan kemarau tidak memberikan jaminan bahwa kita akan memiliki status vitamin D yang cukup. Oleh karena itu, ibu hamil sangat penting untuk mendapatkan vitamin D dari sumber lainnya selain paparan sinar matahari [7].

Jika Dokter telah mendiagnosa ibu hamil memiliki rendah kadar vitamin D, maka Dokter akan memberikan rekomendasi ibu hamil untuk mengonsumsi supplemen vitamin D. Jika memiliki status defisiensi vitamin D yang berat, Dokter akan merekomendasikan supplemen vitamin D dengan dosis yang tinggi. Namun, kita tetap memastikan untuk dapat vitamin D melalui sinar matahari dan makanan yang kita makanan.

Di tulis oleh : DR. Arif Sabta Aji

Doktor Muda Pertama di usia 26 tahun Bidang Gizi di Indonesia.

Awardee PMDSU Batch II Ristekdikti

Instagram : @ajisabta

Email : sabtaaji@gmail.com

REFERENSI

[1] Nimitphong H, Holick MF. Vitamin D status and sun exposure in southeast Asia. Dermatoendocrinol 2013;5:34–7. doi:10.4161/derm.24054.

[2] Hossein-nezhad A, Holick MF. Vitamin D for Health: A Global Perspective. Mayo Clin Proc 2013;88:720–55. doi:10.1016/j.mayocp.2013.05.011.

[3] Aji AS, Erwinda E, Yusrawati Y, Malik SG, Lipoeto NI. Vitamin D deficiency status and its related risk factors during early pregnancy: a cross-sectional study of pregnant Minangkabau women, Indonesia. BMC Pregnancy Childbirth 2019;19:183. doi:10.1186/s12884–019–2341–4.

[4] Aji AS, Desmawati D, Yerizel E, Lipoeto NI. The association between lifestyle and maternal vitamin D levels during pregnancy in West Sumatra, Indonesia. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition 2018;27:1286–93. doi:10.6133/apjcn.201811_27(6).0016.

[5] Aji AS, Lipoeto NI. Vitamin D in Pregnancy. ARGIPA 2016;1:73–90.

[6] Lipoeto N, Aji A, Faradila F, Ayudia F, Sukma N. Maternal vitamin D intake and serum 25-hydroxyvitamin D (25(OH)D) levels associated with blood pressure: A cross-sectional study in Padang, West Sumatra. MJN 2018;24:407–15.

[7] Aghajafari F, Nagulesapillai T, Ronksley PE, Tough SC, O’Beirne M, Rabi DM. Association between maternal serum 25-hydroxyvitamin D level and pregnancy and neonatal outcomes: systematic review and meta-analysis of observational studies. BMJ 2013;346:f1169. doi:10.1136/bmj.f1169.

--

--

SARASEHAN
SARASEHAN

Written by SARASEHAN

Bagian dari DeanPlus sebagai wadah literasi dan bertukar gagasan/ide untuk mementik ruang diskusi pembangunan.

No responses yet