3 Strategi Optimalisasi Green Economy

Untuk Pembangunan Berkelanjutan

SARASEHAN
5 min readFeb 25, 2021
Source: Pinterest/Green Economy

Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah. Kekayaan berupa hutan, sumber mata air, udara bersih, lautan dan sumber daya alam lainnya termasuk dalam sumber daya terbaharui. Kekayaan Alam ini dapat menjadi potensi untuk meningkatkan pembangunan Indonesia, akan tetapi dalam praktiknya pemanfaatan sumber daya alam ini berlebihan untuk pembangunan ekonomi, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara “pembangunan ekonomi” dan “pelestarian lingkungan”. Hal ini berdampak pada kerusakan lingkungan seperti kerusakan hutan, kebakaran, hutan gundul dan kerusakan lingkungan lainnya. Oleh karena itu, diperlukan penyeimbangan kembali melalui konsep Green Economy.

Konsep Green Economy merupakan sebuah sistem memajukan ekonomi yang disertai keseimbangan kondisi alam, sehingga pelaksanaan pembangunan dapat dilakukan tanpa merusak lingkungan. Konsep ini merupakan pengembangan dari Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). United Nation Environment Programme (UNEP) mendefinisikan Green Economy sebagai kegiatan ekonomi yang terus tumbuh untuk memberikan lapangan pekerjaan, mengurangi kemiskinan, mengurangi emisi karbon dan polusi, meningkatan efisiensi energi dan sumber daya, mencegah hilangnya keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistem serta mengutamakan keadilan sosial. Dengan demikian pembangunan berkelanjutan yang dilakukan tidak hanya berfokus pada pembangunan ekonomi dan infrastruktur melainkan memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan. Penerapan Konsep Green Economy telah dilakukan di berbagai negara seperti,

  1. Cina

Pada tahun 2005, pemerintah China mengeluarkan kebijakan pembentukan Green Economy melalui pengembangan Renewable Energy. Pengembangan ini mendukung terbentuknya proyek melalui energi tenaga angin dan tenaga surya. hasil dari kebijakan ini, Cina telah berhasil mengembangkan industri renewable energy senilai 17 milyar dollar Amerika dan menambah kesempatan kerja sebanyak 1,5 juta orang di industri energi tenaga biomassa dan tenaga angin.

2. Kenya

Pada tahun 2008, pemerintah Kenya mengembangkan Renewable Energy menerapkan Feed in Tariff (FIT) yang dilakukan dengan cara penetapan tarif listrik untuk energi baru terbarukan, dengan harga listrik berbeda-beda di setiap daerah.

3. India

Dalam kurun waktu 2005–2008 India mampu menghasilkan 850 ribu kegiatan infrastruktur sumber daya air dan meningkatkan 25 persen kesempatan kerja di pedesaan. Cara pemerintahan India dalam menerapkan Green Economy adalah dengan melakukan investasi infrastruktur pedesaan secara ekologis yakni memperkuat Sumber daya Alam desa.

4. Korea Selatan

Penerapan Green Growth melalui pengurangan penggunaan emisi gas karbon pada tahun 2008 ini bertujuan juga untuk menangani terjadinya perubahan iklim. penerapan ini dijadikan suatu kebijakan dan disebarluaskan pada seluruh lapisan masyarakat.

5. Indonesia

Banyak penerapan Green Economy yang dilakukan dalam berbagai sektor. Seperti sektor pertanian terdapat metode pertanaman hemat air (System Rice Intensification/SRI), pengelolaan limbah ternak untuk biogas dan pupuk organik, penggunaan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat seperti penggunaan listrik tenaga surya dan pengelolaan sumber daya tanah.

Source: Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan

Konsep Green Economy memiliki indikator yang digunakan sebagai acuan untuk mengukur keberhasilan penerapan program. salah satu indikator yang digunakan dalam mengukur Green Economy adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Pembangunan ekonomi dalam arti sempit dapat diukur dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi diukur dari peningkatan PDB. Jika PDB meningkat maka dapat diartikan bahwa terjadi pertumbuhan ekonomi. PDB hijau merupakan upaya peningkatan ekonomi yang disertai dengan pelestarian lingkungan. PDB hijau mampu mengakomodasi degradasi lingkungan dan deplesi Sumber Daya Alam akan tetapi sedikit menunda kesejahteraan jika dibandingkan dengan PDB coklat atau pertumbuhan ekonomi yang mengutamakan kesejahteraan akan tetapi menyebabkan degradasi lingkungan. Dengan pemilihan PDB hijau maka, biaya recovery yang digunakan lebih rendah dan dapat digunakan secara berkelanjutan.

Sebagian besar aktivitas ekonomi di Indonesia memiliki ketergantungan pada alam. Kekayaan alam yang ada, dimanfaatkan hingga terjadi eksploitasi sumber daya alam yang semakin memperburuk kondisi lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa kepentingan ekonomi demi kesejahteraan sangat mendominasi pembangunan Indonesia hingga mampu menguras sumber daya alam. Berikut permasalahan yang sudah dialami Indonesia seperti:

  1. Eksploitasi minyak dan pertambangan sejak tahun 1970 untuk kepentingan ekonomi. Hasil dari eksploitasi memberikan keuntungan bagi indonesia seperti meningkatkan pemasukkan negara. Di Natuna, pendapatan hasil eksplorasi sebesar 26.8 triliun pada tahun 2009. Akan tetapi, hal ini memberikan dampak buruk bagi lingkungan.
  2. Penggunaan pestisida dan pupuk secara terus menerus dan berlebihan yang menurunkan kesuburan tanah. Tujuan penggunaan pestisida dan pupuk adalah agar sawah terbebas dari hama dan produksi beras besar serta meningkat. Tahun 2014 produksi beras sudah mencapai 30 juta lebih, hal ini merupakan suatu pencapaian, akan tetapi memberikan masalah lingkungan.
  3. Deforestasi hutan. Di Kalimantan kejadian ini sudah meluas terhitung dari 1950–2020, 60 % kanopi hutan telah hilang.
  4. Peningkatan kebutuhan masyarakat karena Indonesia termasuk dalam negara Middle Income. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ekonomi harus terus maju dari segala bidang, maka jika keseimbangan dinamika lingkungan dan ekonomi tidak terjadi akan memperburuk kondisi Indonesia di masa yang akan datang.

Dalam pelaksanaannya diperlukan strategi untuk mengoptimalkan Green Economy di Indonesia, adapun strategi yang dapat dilakukan seperti:

  1. Evaluasi Berkala hasil PDB Hijau

PDB Hijau adalah indikator baru yang dipergunakan untuk menghitung output dari perekonomian nasional yang mempertimbangkan dan menghitung faktor lingkungan dan sumber daya alam. Konsep Green Economy dengan indikator PDB Hijau dapat memberikan harapan baru yang lebih baik pada implementasi pembangunan berkelanjutan. Evaluasi secara berkala nilai PDB hijau sangat diperlukan dalam pengambilan kebijakan pelaksanaan Green Economy.

2. Meningkatkan Sinergitas Pemerintahan

Lemahnya koordinasi antar lembaga pemerintahan dapat menjadi hambatan menuju implementasi Green Economy. Dengan koordinasi yang kuat dapat mendukung keberlangsungan Green Economy, seperti memperkuat lembaga yang berkaitan dengan lingkungan serta lembaga ekonomi baik di daerah maupun nasional. Dukungan dari daerah penting untuk menunjang keberhasilan Green Economy, agar pelaksanaan program tidak hanya terpusat di nasional maka daerah pun perlu ditunjang dengan pemberian dana alokasi khusus untuk Green Economy.

3. Memperluas dan Memperkuat Sektor Kerja Sama

Pembangunan dengan konsep Green Economy memerlukan dukungan dari berbagai pihak, tidak hanya dari pemerintah akan tetapi juga dari sektor swasta, komunitas dan juga masyarakat. Pemerintah perlu mengajak sektor swasta untuk berkontribusi dalam keberhasilan implementasi Green Economy, karena sektor swasta mampu mencakup lingkup yang lebih luas dan komprehensif. Saat ini juga sudah banyak komunitas di Indonesia yang memiliki perhatian khusus terhadap lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, sehingga dengan dukungan dan kolaborasi dari pemerintah dapat saling menyukseskan konsep Green Economy. Masyarakat merupakan komponen penting dalam melaksanakan secara langsung konsep ini. Maka diperlukan wawasan yang mendukung dan menunjang perilaku masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pemberian edukasi secara terstruktur dan sistematis.

Referensi:

Madani (Manusia dan Alam untuk Indonesia Berkelanjutan). 2020. Pembangunan Ekonomi Versus Lingkungan: Siapa Yang Mesti Menang? https://madaniberkelanjutan.id/2020/06/28/pembangunan-ekonomi-versus-lingkungan-siapa-yang-mesti-menang

Wanaswara. 2021. Green Economy Untuk Pembangunan Berkelanjutan. Online. https://wanaswara.com/green-economy-untuk-pembangunan-berkelanjutan/

Rosana M. 2018. Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Yang Berwawasan Lingkungan Di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial. (1):1

United Nation Environment Programme (UNEP). Green Economy. 2021. https://www.unep.org/regions/asia-and-pacific/regional-initiatives/supporting-resource efficiency/green-economy

Bappenas. 2014. Prakarsa Strategis Pengembangan Green Economy.

Bappenas. 2012. Langkah Menuju Ekonomi Hijau “Sintesa dan Memulainya. Deputi SDA dan Lingkungan Hidup. ”https://www.bappenas.go.id/files/9714/1213/9896/syntesa_dan_memulainya.pdf

Suryanto. 2009. Mampukah PDB Hijau Mengakomodasi Degradasi Lingkungan dan Kesejahteraan Masyarakat?. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan. (10): 1, 99–109.

--

--

SARASEHAN
SARASEHAN

Written by SARASEHAN

Bagian dari DeanPlus sebagai wadah literasi dan bertukar gagasan/ide untuk mementik ruang diskusi pembangunan.

No responses yet