Sudah lebih dari satu tahun COVID-19 muncul dan menyebar luas dengan cepat ke seluruh dunia. Virus tersebut menyebabkan perubahan yang besar di kehidupan manusia, yang semula semua orang bebas untuk beraktivitas di luar rumah, kini menjadi terbatas karena ada kebijakan-kebijakan seperti social distancing, isolasi mandiri, dan tetap di rumah saja. Adanya pembatasan tersebut menyebabkan perubahan pada pola makan dan gaya hidup manusia yang kini cenderung mengarah ke sedentary lifestyle. Tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan fisik, kondisi pandemi ini juga memiliki pengaruh pada kesehatan mental seseorang. Mengingat tujuan pembangunan berkelanjutan 2030, pada tujuan ketiga yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia. Apa saja cara yang sekiranya bisa kita lakukan dalam kondisi pandemi ini agar tetap bisa mencapai tujuan tersebut?
- Meningkatkan aktivitas fisik
Di masa pandemi ini, aktivitas fisik orang-orang menurun karena sebagian besar pekerjaan dilakukan dari rumah. Dalam Ammar et al (2020) pun dikatakan bahwa terjadi peningkatan waktu seseorang untuk duduk yang semula 5 jam menjadi 8 jam. Namun, walaupun sedang sibuk, perlu untuk menyisihkan waktu paling sedikit 3–4 menit untuk melakukan pergerakan ringan seperti berjalan atau peregangan. Selain itu untuk menghindari duduk yang terlalu lama, dapat dilakukan pergantian posisi duduk dan berdiri setiap 30 menit. Dengan begitu akan meningkatkan pengeluaran kalori, mencegah tegang otot serta memperlancar sirkulasi darah. WHO merekomendasikan orang dewasa >18 tahun untuk melakukan setidaknya 150 menit aktivitas sedang dalam seminggu atau 75 menit aktivitas berat dalam seminggu. Dengan melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur akan dapat mencegah risiko terjadinya penyakit tidak menular.
2. Menjaga kesehatan mental
Adanya pembatasan mobilitas, rasa takut akan kehilangan pekerjaan, rasa takut akan terinfeksi virus, pemberitaan di media terkait kasus-kasus baru dan kematian akibat COVID-19, dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental seperti gejala kecemasan, depresi, dan insomnia (Rubin dan Wessely, 2020). Berdasarkan penelitian pada 669 orang di Indonesia menunjukkan bahwa sebagian besar orang dewasa di Indonesia mengalami stress dan kecemasan selama pandemi COVID-19 (Ifdil et al., 2020). Untuk mencegah hal tersebut, seseorang harus lebih sadar terhadap dirinya, jika dirasa perlu untuk membatasi penggunaan media sosial, maka hal itu harus dilakukan. Kemudian dapat juga dicegah dengan meningkatkan interaksi dengan orang terdekat. Selaras dengan penelitian Alfawaz et al. (2021), orang yang menghabiskan lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan keluarga memiliki risiko yang lebih rendah untuk mengalami kecemasan dan depresi selama pandemi COVID-19.
3. Menerapkan pola makan yang baik
Dengan adanya karantina di rumah menyebabkan perubahan pola makan seseorang menjadi kurang sehat seperti makan tidak terkontrol, peningkatan konsumsi snack terutama pada malam hari, dan peningkatan konsumsi makanan yang kurang sehat (Ammar et al., 2020). Perubahan tersebut terjadi karena adanya kecemasan, kebosanan, kebiasaan makan sesuai dengan suasana hati, dan kurangnya motivasi untuk mempertahankan pola makan yang baik. Selain itu, adanya ketakutan akan kehabisan bahan makanan membuat orang-orang cenderung menjadi panic buying. Mereka akan membeli banyak makanan untuk disimpan, biasanya adalah makanan kaleng dan produk olahan yang tinggi kandungan gula, garam, dan lemak (Elsevier, obesity medicine). Hal-hal tersebut dapat meningkatkan risiko obesitas dan penyakit tidak menular. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan untuk menjaga pola makan yang baik antara lain dengan menghitung kebutuhan kalori serta asupan makan dalam satu hari sehingga kita bisa mengontrol asupan makan kita. Saat ini sudah banyak berkembang aplikasi yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan energi dengan cepat dan mudah. Selain itu, perlu bagi kita untuk menerapkan mindful eating dengan menjadikan makan sebagai aktivitas tersendiri sehingga bisa makan dengan fokus dan mencegah makan berlebihan.
Tidak ada yang menduga bahwa dalam setahun terakhir ini ada sebuah virus yang secara signifikan mengubah tatanan kehidupan kita. Kondisi tersebut berada di luar kontrol kita dan yang bisa kita lakukan adalah beradaptasi dan menjaga kondisi kesehatan sebaik mungkin. Kombinasi pola makan yang baik, kesehatan mental yang stabil, dan aktivitas fisik yang teratur, dapat meningkatkan daya tahan tubuh kita. Dengan begitu kita dapat terhindar dari COVID-19 dan berbagai penyakit lainnya sehingga semakin dekat untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
REFERENSI
- Alfawaz HA, Wani K, Aljumah AA, Aldisi D, Ansari MG, Yakout SM, Sabico S, Al-Daghri NM. Psychological Well-Being During COVID-19 Lockdown: Insights From A Saudi State University’s Academic Community. Journal Of King Saud University-Science. 2021 Jan;33(1):101262.
- Ammar A, Brach M, Trabelsi K, Chtourou H, Boukhris O, Masmoudi L, Bouaziz B, Bentlage E, How D, Ahmed M, Müller P. Effects Of COVID-19 Home Confinement On Eating Behaviour And Physical Activity: Results Of The ECLB-COVID19 International Online Survey. Nutrients. 2020 Jun;12(6):1583.
- Ifdil I, Yuca V, Yendi FM. Stress And Anxiety Among Late Adulthood In Indonesia During COVID-19 Outbreak. JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia). 2020 Sep 30;6(2):31–46.
- Brooks SK, Webster RK, Smith LE, Woodland L, Wessely S, Greenberg N, Rubin GJ. The Psychological Impact Of Quarantine And How To Reduce It: Rapid Review Of The Evidence. The lancet. 2020 Mar 14;395(10227):912–20.
- World Health Organization. https://www.who.int/news-room/campaigns/connecting-the-world-to-combat-coronavirus/healthyathome/healthyathome---physical-activity [Diakses pada 11 Maret 2021]